Alhamdulillah atas segala nikmat yang Allah karuniakan kepada kita semua, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya serta seluruh sahabatnya.
Alhamdulillah tanggapan dari ustadz Abu Salafy yang ana tunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Meskipun ustadz Abu salafy langsung meloncat ke tulisan ana yang kedua yang belum selesai. Sebenarnya ada dua perkara yang ana lebih tunggu lagi dari sang ustadz
Pertama : Menunggu tanggapan beliau terhadap tulisan saya (https://www.firanda.com/index.php/artikel/31-bantahan/76-mengungkap-tipu-muslihat-abu-salafy-cs), karena pada tulisan inilah nampak tipu muslihat yang dilakukan oleh sang ustadz.
Kedua : Saya ingin berkenalan dengan sang ustadz dan ingin bisa berdialog langsung dengan beliau. Masih tanda tanya besar dalam hati saya, apakah Abu Salafy ini satu orang atau sebuah lembaga anti wahabi?, lantas apa sebenarnya aqidah yang sedang diperjuangkan oleh Abu Salafy?,
Apakah beliau ini seorang yang bermadzhab Asy’ari ataukah Jahmiah?!!
Ataukah bermadzhab Syi’ah?!!, hal ini mengingat :
– Sang ustadz Abu Slafy mengutuk Mu’aawiyah, yang ini merupakan propaganda orang-orang syi’ah, dan ana ingin tahu dari beliau apakah ada ulama Ahlus Sunnah yang mengutuk Mu’aawiyah?. Untuk masalah Mu’aawiyah radhiallahu ‘anhu insyaa Allah akan ada pembahasan khusus
– dan juga sang ustadz ternyata menukil dari kitabnya orang syi’ah.
– Aqidah yang diperjuangkan oleh ustadz Abu Salafy (bahwasanya Allah tidak di atas) juga merupakan aqidah orang syi’ah
– Sang ustadz sangat getol membantah dan mengejek-ngejek Syaikhul Islaam Ibnu Taimiyyah yang sangat getol membantah aqidah orang syi’ah. Kita tahu betapa besar kebencian orang-orang syi’ah kepada Ibnu Taimiyyah rahimahullah yang telah mengupas habis syubhat-syubhat mereka dalam kitab beliau “Minhaajus Sunnah An-Nabawiyaah”.
Jika memang sang ustadz adalah seorang syi’ah maka tentunya kedustaan dan taqiyyah itu merupakan hal yang biasa.
Oleh karenanya saya sangat ingin agar sang ustadz menampakkan jati diri sang ustadz kalau memang sang ustadz “maaf- maaf saja” adalah seorang lelaki…Wallahul Musta’aan.
Berikut ini tanggapan saya terhadap tulisan ustadz Abu Salafy dalam web beliau (http://abusalafy.wordpress.com/2011/01/08/benarkan-kaum-musyik-arab-beriman-kepada-tauhid-rububiyyah-allah-bantahan-untuk-ustad-firanda-i/)
Berdusta atas Nama Imam Al-Qurthubi
Ustadz Abu Salafy berkata :((Tentang ayat 61 surah al Ankabut:
وَ لَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّماواتِ وَ الْأَرْضَ وَ سَخَّرَ الشَّمْسَ وَ الْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka:” Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan” Tentu mereka akan menjawab:” Allah”, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).”
– Al Qurthubi berkata:
“… maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar) maksudnya: Bagaimana mereka kafir dengan keesaan-Ku dan berbalik dari menyembah-Ku. Artinya: Sesungguhnya mereka akan mengatakan jawaban itu dengan lisan mereka saja ketika ditegakkan hujjah-hujjah atas mereka, sementara hakikatnya mereka tidak mengatakan (berpendapat)nya.” [1] Tafsir al Jâmi’ Li Ahkâm al Qur’ân,13/161
Abu Salafy Berkata: Saya tidak mengerti bagaimana saudara Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja dapat tidak membaca ketarangan Imam al Qurthubi di atas pada tafsiran ayat 61 dan ia hanya menampilkan tafsiran ayat 63? Padahal ketika menukil keterangan az Zamakhsyari, misalnya ia jusrtu menampilkan ketarangan tentang tafsir ayat 61! Apakah itu ia sengaja ia lakukan untuk menutup-nutupi kenyataan sebab tidak banyak santri yang akan berkessempatan mengeceknya, apalagi kaum awam?! Atau karena alasan lain. Allahu A’lam. Saya tidak akan berburuk sangka kepadanya)) Demikian perkataan Abu Salafy.
Firanda berkata : Saya balik bertanya “Kenapa Abu Salafy tidak menampilkan perkataan Imam Al-Qurthubi dengan bahasa arabnya, ” Apakah itu ia sengaja ia lakukan untuk menutup-nutupi kenyataan, sebab tidak banyak santri yang akan berkesempatan mengeceknya, apalagi kaum awam?! Atau karena alasan lain”??
Para pembaca yang budiman untuk mengungkap kedustaan Abu Salafy –sebagaimana kedustaan-kedustaannya yang lainnya yang telah saya ungkap- maka saya akan menukil perkataan Imam Al-Qurthubi tatkala menafsirkan ayat 61 dari surat Al-Ankabuut;
Beliau rahimahullah berkata :
““… maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)” maksudnya : bagaimana mereka kafir kepada pentauhidanku dan berpaling dari beribadah kepadaku?” (Tafsir A-Qurthubi tafsir Al-Ankabuut ayat 61)
Demikian terjemahan yang benar, akan tetapi lihat bagaimana terjemahan Abu salafi diatas, ternyata ia melakukan tipu muslihat dari dua sisi :
Pertama : Tipu muslihat yang pertama Abu salafy menterjemahkan perkataan Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya “بِتَوْحِيْدِي” dengan “Keesaanku” sehingga terjemahan perkataan Imam Al-Qurthubi menjadi “Bagaimana mereka kafir dengan keesaan-Ku ” Yang mengesankan seakan-akan Imam Al-Qurthubi menyatakan bahwsanya orang-orang musyrik Arab mengingkari keesaan Allah dalam tauhid Rububiyyah. Padahal yang dimaksud oleh Imam Al-Qurtubhi dengan tauhid di sini adalah tauhid dalam penyembahan, yaitu tauhid Ulluhiyah, oleh karenanya setelah itu Al-Qurthubi berkata “وَيَنْقَلِبُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيِ” yang artinya, “Dan mereka (kaum muyrikin Arab) berpaling dari beribadah kepadaku?”. Sehingga kalau kita melihat perkataan Al-Qurthubi secara utuh yaitu : ((bagaimana mereka kafir kepada pentauhidanku dan berpaling dari beribadah kepadaku?)) maka jelas maksudnya kaum musyrikin Arab tidak bertauhid kepada Allah dengan memalingkan ibadah kepada selain Allah. Di sinilah letak keanehan kaum musyrikin, bagaimana bisa mereka berpaling dari bertauhid kepada Allah dan dan beribadah kepada selain Allah padahal mereka mengakui Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan yang mengatur perjalanan matahari dan bumi?. Ayat ini dibawakan oleh Allah dalam rangka membantah kaum musyrikin Arab yang mengakui rububiyah Allah akan tetapi tidak mentauhidkan Allah.
Jika asalnya mereka tidak mengakui rububiyah Allah maka apa gunanya istifhaam ingkari (pertanyaan Allah yang menunjukan pengingkaran) “?. Kalau mereka tidak percaya adanya Allah maka sudah jelas mereka tidak menyembah Allah.
Adapun perkataan Imam Al-Qurthubi yang menegaskan bahwasanya kaum musyrikin Arab mengakui rububiyah Allah maka sangatlah banyak, para pembaca bisa membaca kembali (https://www.firanda.com/index.php/home/31/82-persangkaan-abu-salafy-al-majhuul-bahwasanya-kaum-musyrikin-arab-tidak-mengakui-rububiyyah-allah)
Kedua : Tipu muslihat yang kedua ini lebih parah daripada tipu muslihat yang di atas. Bagaimana?, Abu salafy memasukkan perkatannya sendiri setelah perkataan Imam Al-Qurthubi dan mengesankan bahwa perkataannya tersebut adalah perkataan Imam Al-Qurthubi, sehingga Abu Salafy meletakkan tanda footnote[1] setelah perkataannya sendiri dan bukan setelah perkataan Imam Al-Qurthubi”
Mari kita lihat kembali perkataan Abu Salafy :
((Al Qurthubi berkata: “… maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar) maksudnya: Bagaimana mereka kafir dengan keesaan-Ku dan berbalik dari menyembah-Ku. Artinya: Sesungguhnya mereka akan mengatakan jawaban itu dengan lisan mereka saja ketika ditegakkan hujjah-hujjah atas mereka, sementara hakikatnya mereka tidak mengatakan (berpendapat)nya.” [1] Tafsir al Jâmi’ Li Ahkâm al Qur’ân,13/161))
Bahkan untuk memperhalus tipu muslihatnya Abu Salafy menghitamkan/menebalkan perkataannya tersebut, karena itulah perkataan yang sangat penting. Ternyata… itu bukan perkataan Imam Al-Qurthubi akan tetapi perkataannya sendiri….!!!!???
Maka saya menghadiahkan kepada Abu Salafy perkataan Abu Salafy sendiri ((Apakah itu ia sengaja ia lakukan untuk menutup-nutupi kenyataan sebab tidak banyak santri yang akan berkessempatan mengeceknya, apalagi kaum awam?! Atau karena alasan lain ?!))
Abu Salafy Tidak Paham Perkataan Para Ulama Tafsir
Abu Salafy berkata : ((Tentang Ayat 31 surah Yunus:
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّماءِ وَ الْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَ الْأَبْصارَ وَ مَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَ يُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَ مَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَ فَلا تَتَّقُونَ
“Katakanlah:” Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan” Maka mereka akan menjawab:” Allah”. Maka katakanlah:” Mengapa kamu tidak bertakwa) (kepada- Nya).”
* Al Qurthubui juga berkata:
“Maka mereka akan menjawab:’Allah’.” Sebab mereka meyakini bahwa Sang pencipta adalah Allah. Atau mereka akan mengatakan dia adalah “Allah” jika mereka mau berfikir dan bersikap obyektif.”[2]
* Ibnu ‘Athiyyah berkata tentang ayat di atas:
“Maka mereka akan menjawab:’Allah’.” Tidak ada jalan bagi mereka kecuali mengatakannya dan mereka tidak dapat menentang dengan selainnya.[3]
* Imam al baidhawi berkata:
“Maka mereka akan menjawab:’Allah’.” Sebab mereka tidak dapat menentang dan membantah dalam masalah ini mengingat begitu jelasnya bukti.[4]
* Al Gharnâthi berkata tentang ayat 31 di atas:
“Katakanlah:” Siapakah yang memberi rezeki kepadamu ….. “ Ayat ini adalah berargumentasi atas kaum kafir dengan hujjah yang banyak lagi jelas yang tiada jalan bagi mereka melainkan mengakuinya.”[5]
Abu Salafy berkata: Dan selain mereka banyak Anda temukan keterangan serupa di antaranya dalam tafsir Fathu al Qadîr; karya asy Syaukâni dan al jawâhir al Hisân karya ats Tsa’âlibi… demikian juga keterangan mereka pada ayat surah al Mu’minun ayat 84-92!)) Demikianlah perkataan Abu Salafy
Para pembaca yang budiman, pada poin ini kembali Abu Salafy melancarkan tipu muslihatnya setelah berdusta atas nama Imam Al-Qurthubi. Hal ini nampak dari dua sisi:
Pertama : Terus terang saya heran dengan ustadz Abu Salafi ini, coba para pembaca membaca perkataan para mufassir di atas. Apakah ada isyarat –bahkan meskipun isyarat dari jauh- dari para ahli tafsir tersebut bahwasanya kaum musyrikin Arab hanyalah berpura-pura tatkala menyatakan bahawasanya Allah lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan memberikan rizki??!!.
Justru perkataan para ahli tafsir yang disampaikan oleh ustadz Abu Salafi semuanya mendukung tafsiran salaf bahwasanya kaum musyrikin mengakui rububiyah Allah, sehingga Allah melazimkan kepada mereka bahwasanya jika mereka mengakui Rububiyah Allah maka seharusnya mereka hanya menyembah Allah saja, yaitu seharusnya mereka juga bertauhid uluhiyah. Apakah Abu Salafy yang jago mengkritik Ibnu taimiyyah dan Albani tidak bisa faham perkataan yang ia tulis sendiri yang merupakan terjemahan perkataan para ahli tafsiir??. Sekali lagi saya harap Abu salafy lain kali kalau menerjemahkan perkataan para ulama dicantumkan teks arabnya, kawatir salah menerjemahkan, atau sudah benar terjemahannya namun salah kesimpulannya sebagaimana di sini.
Kedua : Abu Salafy menyebutkan banyak ahli tafsir dalam pernyataannya di atas agar mengesankan kepada para pembaca bahwasanya yang berpendapat seperti dia adalah banyak dari kalangan ulama. Padahal ini hanya tipu muslihat saja. Justru seluruh perkataan ahli tafsir yang ia sebutkan mendukung apa yang telah ana jelaskan, bahwasanya kaum musyrikin Arab mengakui bahwasanya Allah-lah satu-satunya yang telah menciptakan langit dan bumi. Secara tidak langsung bisa dikatakan Abu Salafy juga telah berdusta atas nama para ahli tafsir tersebut yang telah ia nukilkan di sini.
Adapun perkataan Abu Salafy ((Dari sini dapat Anda saksikan bahwa keterangan saya bukan mengada-ngada dan tanpa dasar rujukan kepada para ahli tafsir! Jika saudara Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja tidak sependapat dengan saya dalam memahami ayat-ayat di atas itu adalah hak dia. Tetapi ia tidak berhak menganggap apa yang dia pilih adalah satu-satunya tafsiran dalam ayat-ayat tersebut apalagi memaksa orang lain menerima pilihannya itu!))
Firanda berkata : Praktekanlah perkataanmu ini wahai abu salafy pada diri anda. Bukankah syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab telah menafsirkan dengan tafsiran salaf bahwasanya kaum musyrikin Arab mengakui rububiyah Allah, lantas mengapa anda sewot untuk membantah beliau, apalagi membantah beliau rahimahullah dengan nekad berdusta atas nama Imam Al-Qurthubi secara sengaja??, dan juga berdusta atas nama para ahli tafsir secara tidak langsung??!!
Abu Salafy Berusaha untuk Melegalkan Pendapatnya dari Mujahid rahimahullah.
Abu Salafy berkata : ((Ibnu Jarîr Menukil Bahwa Mujahid berpendapat Seperti Pendapat yang Kami Kemukakan
Ketika menafsirkan ayat 22 surah al Baqarah, Ibnu Jarîr ath Thabari menukil dua pendapat tentang siapa yang menjadi alamat pembicaraan Allah dengan firman-Nya:
فَلاَ تَجْعَلُوْا ِللهِ أَندَاداً وَ أَنتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Oleh karena itu, janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui (bahwa tidak satupun dari para sekutu itu yang menciptakanmu dan memberikan rezeki kepadamu).”
Pendapat pertama: yang dimaksud adalah kaum Musyrik dan juga Ahlul Kitab. Pendapat ini dinukil dari Ibnu Abbas ra.
Pendapat kedua: Yang dimaksud adalah Ahlul Kitab. Kaum Musyrik tidak termasuk. Ini pendapat Mujahid. Juga dari generasi Salaf.
“Kemudian Ibnu Jarîr ath Thabari berkomentar, “Dalam hemat saya yang mendorong Mujahid berta’wil seperti itu dan menyandarkan alamat pembicaraan itu hanya kepada Ahlul Kitab; Taurat dan Injil bukan selain mereka adalah anggapan bahwa bangsa Arab tidak mengetahui bahwa Allah itu adalah Sang Pencipta, Pemberi Rizki karena mereka mengingkari dan mengkufuri keesaan Tuhan mereka dan mempersekutukan-Nya dalam penyembahan sesembahan lain. Memang ini adalah pendapat yang juga ada. Hanya saja Allah SWT mengabarkan dalam kitab-Nya bahwa mereka itu mengakui keesaan Allah hanya saja mereka menyekutukan-Nya dalam penghambaan sesembahan-sesembahan lain.”[6]
Betapa pun ath Thabari tidak memilih pendapat Mujahid namun adalah bukti bahwa di kalangan para penafsir Salaf ada yang berpendapat seperti itu!)) Demikian perkataan Abu Salafy
Firanda berkata : Untuk menjelaskan hal ini maka saya katakan :
Pertama : Marilah kita lihat tafsiran Mujahid yang sebenarnya dengan sanadnya sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jariir At-Thobari dan Ibnu Abi Hatim.
Adapun dalam tafsir At-Thobari (1/393) maka sebagai berikut:
“…Dari Sufyaan (At-Tsauri) dari seseorang dari Muhahid ((Janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah padahal kalian mengetahui)) bahwasanya Allah adalah sesembahan yang Esa (sebagaimana tersebut) di Tauroot dan Injiil”
Adapun pada tafsir Ibnu Abi Haatim (1/62 no 232) adalah sebagai berikut:
“…Dari Sufyaan (At-Tsauri) dari seseorang yang mengabarkan kepadanya dari Muhahid tentang firman Allah ((Janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah padahal kalian mengetahui)) beliau (Mujahid) berkata : bahwasanya kalian mengetahui Allah adalah sesembahan yang Esa (sebagaimana tersebut) di Tauroot dan Injiil”
Para pembaca yang budiman, Mujahid bin Jabr Abul Hajjaaj wafat pada tahun 101 atau 102 atau 103 Hijriah (lihat Tahdziib At-Thdziib 4/25-26 atau Taqriib At-Tahdziib hal 921) adapun Sufyaan adalah Sufyaan bin Sa’iid bin Masruuq Ats-Tsauri maka beliau wafat pada tahun 161 (lihat Tahdziib At-Tahdziib 2/56-58 atau Taqriib At-Tahdziib hal 394)
Sufyan At-Tsauri tidak termasuk daftar orang-orang yang meriwayatkan dari Mujahid dan juga sebaliknya Mujahid bukanlah termasuk daftar orang-orang yang diambil riwayatnya oleh Sufyaan (silahkan kedua daftar tersebut dalam kita Tahdziib At-Tahdziib). Dan Sufyaan At-Tsauri meninggal tatkala berumur 64 tahun pada tahun 161 H (lihat Taqriib At-Tahdziib hal 394), berarti Sufyaan lahir sekitar tahun 97 Hijriyah. Hal ini menunjukan bahwa tatkala Mujahid meninggal pada tahun 102 Hijriyah berarti tatkala itu Sufyaan berumur sekitar 5 tahun. Oleh karenanya Sufyan meriwayatkan dari Mujahid dengan perantara.
Dalam dua sanad hadits di atas sangatlah nampak bahwasanya ada perantara antara Sufyan dan Mujahid yang majhul, dan dalam ilmu hadits sanad yang seperti ini hukumnya lemah. Dan hal ini tentunya diketahui oleh ustadz Abu Salafy yang pandai mengkritik syaikh Al-Albani rahimahullah. Jika seandainya Sufyan termasuk murid Mujahid namun meriwayatkan dengan perantara yang majhul dari Mujahid maka para ulama hadits menghukumnya sebagai sanad yang lemah, apalagi jika ternyata Sufyaan bukan termasuk dari muridnya Mujahid??!!
Kedua : Ada tafsiran dengan banyak sanad yang bersambung dari Mujahid yang mendukung pendapat Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah dan berseberangan dengan pendapat Abu Salafy.
At-Thobari membawakan riwayat-riwayat tersebut dalam tafsirnya (13/374-375) sebagaimana berikut ini:
Dalam atsar-atsar di atas Mujahid menafsirkan tentang orang-orang musyrik secara umum (tanpa membatasi pada Ahlul Kitab saja) bahwasanya mereka beriman bahwasanya Allah pencipta mereka, yang memberi rizki kepada mereka, dan yang mematikan mereka.
Bahkan dalam atsar yang terakhir Mujahid (dan juga Ikrimah dan ‘Aamir) mereka berkata, “Tidak seorangpun kecuali ia mengetahui bahwasanya Allah-lah yang menciptakannya dan menciptakan langit dan bumi” (Lihat Tafsir At-Thobari 13/375)
Lantas kenapa ustadz Abu Salafy memilih tafsir dari Mujahid dengan sanad yang lemah dan meninggalkan tafsiran-tafsiran beliau dengan sanad yang bersambung?!!
Ketiga : Kalaupun tafsiran Mujahid yang disebutkan oleh Abu Salafy adalah tafsiran yang shahih maka hal ini sama sekali tidak menunjukkan bahwasanya beliau menyatakan bahwa kaum musyrikin Arab mengingkari adanya Allah sebagaimana pernyataan Abu Salafy.
Coba perhatikan perkataan Mujahid (dengan sanad yang lemah tersebut) :
“Bahwasanya kalian mengetahui Allah adalah sesembahan yang Esa (sebagaimana tersebut) di Tauroot dan Injiil”
Dalam perkataan di atas sama sekali tidak ada pernyataan Mujahid bahwasanya kaum musyrikin Arab mengingkari adanya Allah. Beliau hanya menjelaskan bahwasanya ayat 22 dari surat Al-Baqoroh tersebut berkenaan dengan ahlul kitab Yahudi dan Nasoro.
Oleh karenanya apa yang dikatakan oleh At-Thobari ((Dalam hemat saya yang mendorong Mujahid berta’wil seperti itu dan menyandarkan alamat pembicaraan itu hanya kepada Ahlul Kitab; Taurat dan Injil bukan selain mereka adalah anggapan bahwa bangsa Arab tidak mengetahui bahwa Allah itu adalah Sang Pencipta, Pemberi Rizki karena mereka mengingkari dan mengkufuri keesaan Tuhan mereka dan mempersekutukan-Nya dalam penyembahan sesembahan lain. Memang ini adalah pendapat yang juga ada. Hanya saja Allah SWT mengabarkan dalam kitab-Nya bahwa mereka itu mengakui keesaan Allah hanya saja mereka menyekutukan-Nya dalam penghambaan sesembahan-sesembahan lain)) maka itu hanyalah praduga Imam At-Thobari, namun kita tidak menerima praduga tersebut karena beberapa hal diantaranya :
– Riwayat tafsiran Mujahid ini lemah
– Lafal dari tafsiran Mujahid tidak menunjukan akan hal itu
– Riwayat yang bersambung dari Mujahid menunjukan kaum musyrikin Arab juga mengakui adanya Allah dan mengakui rububiyah Allah
Tipu Muslihat Berikutnya
Abu Salafy menyebutkan pendapat-pendapat lain dari para ulama tentang tafsir ayat 106 dari surat Yusuf dengan mengesankan kepada para pembaca bahwa tafsiran-tafsiran tersebut mendukung pendapat dia bahwasanya kaum musyrikin Arab mengingkari adanya Allah. Padahal tafsiran-tafsiran yang ada tersebut sama sekali tidak menafikan percayanya kaum musyrikin Arab dengan rububiyah Allah.
Abu Salafy berkata ((Tentang Ayat 106 Surah Yusuf
Allah SWT berfitman:
وَ ما يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلاَّ وَ هُمْ مُشْرِكُونَ
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).”
Adapun tentang ayat di atas, maka perlu diketahui bahwa selain tafsir yang disebutkan saudara kita Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja juga ada pendapat lain yang disampaikan oleh Ibnu Jauzi (w. 597 H) dalam tafsirnya yang jalas menerangkan bahwa mereka yang dimaksud bukankah Mukmin sejatinya…ia berkata, “Jika dikatakan, ‘Bagaimana Allah mensifati si musyrik itu dengan keimanan?’ Maka jawabnya, ‘Sesungguhnya yang dimaksud bukanlah hakikat keimanan, akan tetapi maknanya bahwa kebanyakan mereka meskipun mereka menampakkan keimanan dengan lisan-lisan mereka, mereka itu adalah orang-orang musyrik.”[7]
Ibnu ‘Athiyah (W.546 H) menukil Ibnu Abbas ra. sebagai berkata, “Ayat itu untuk Ahlul Kitab (Yahudi dan Nashrani) mereka beriman kepada Allah kemudian mereka menyekutukan-Nya dari sisi kekafiran mereka kepada nabi-Nya. Atau dari sisi perkataan mereka Uzair itu anak Tuhan. Isa anak Tuhan… .”[8]
Adapun Ibnu Abi Hâtim ia menukil dua riwayat tentang tafsir ayat ini. Pertama, bahwa ayat ini berbicarta tentang syirik ashghar/kecil. Maksudnya adalah riyâ’. Ia berkata, ‘…. Dari Zakariya ibn Zurarah ayahku bercerita kepadaku, ia baerkata, ‘Aku bertanya kepada Abu Ja’far Muhammad ibn Ali tentang ayat: “Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” Maka berkata Abu Ja’far, “Syirik dalam ketaatan. Seperti ucapann seorang, ‘Anda bukan karena Allah dan karena si fulan, … .”[9]
Pendapat Ibnu Jarîr ath Thabari
Seperti dikutip saudara kita dari Ibnu Jarîr ath Thabari bahwa ia berkata:
Perkataan tentang ta’wil firman Allah “Dan tidaklah kebanyakan mereka beriman kepada Allah kecuali mereka berbuat kesyirikan” (QS Yusuf : 106)
Allah berkata: Dan tidaklah kebanyakan mereka –yaitu yang telah disifati oleh Allah dengan firmanNya
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ
“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya” mengakui bahwasanya Allah pencipta mereka, pemberi rizki kepada mereka, dan pencipta segala sesuatu melainkan mereka berbuat kesyirikian kepada Allah dalam peribadatan mereka kepada patung-patung dan arca-arca dan menjadikan selain Allah sebagai tandingan bagi Allah dan persangkaan mereka bahwasanya Allah memiliki anak. Maha tinggi Allah dari apa yang mereka ucapkan.
Dan para ahli tafsir berpendapat seperti pendapat kami ini.”[10]
Dari kutipan itu kita dapat menyaksikan bagaimana Imam ath Thabari sadar bahwa kemusyrikan mereka dalam penyembahan itu meskipun mereka beriman dalam pengesaan Allah dalam urusan penciptaan dan pengaturan, bukanlah sebab tunggal. Tetapi di samping itu dikeranakan mereka mengaku bahwa Allah punya anak.)) demikian perkataan Abu Salafy
Tipu Muslihat Abu Salafy dalam pemaparan diatas dari dua sisi :
Pertama : Tidak amanah dalam menukil perkataan Ibnul Jauzii. Sebagai bukti maka saya akan membawakan perkataan Ibnul Jauzi tersebut secara lengkap.
Abu Salafy menukil perkataan Ibnul Jauzi ((“Jika dikatakan, ‘Bagaimana Allah mensifati si musyrik itu dengan keimanan?’ Maka jawabnya, ‘Sesungguhnya yang dimaksud bukanlah hakikat keimanan, akan tetapi maknanya bahwa kebanyakan mereka meskipun mereka menampakkan keimanan dengan lisan-lisan mereka, mereka itu adalah orang-orang musyrik.)) maka jika seseorang membacanya dengan sekilas maka seakan-akan mengesankan bahwasanya Ibnul Jauzi berpendapat bahwasanya kaum muysrik arab tidak beriman dengan rububiyah Allah, mereka hanya beriman dengan lisan mereka saja.
Berikut nukilan Ibnul Jauzi rahimahullah secara lengkap
((Firman Allah ((“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain))), maka tentang kaum musyrikin di sini ada tiga pendapat.
Pendapat Pertama : Mereka adalah kaum musyrikin, kemudian tentang makna ayat yang berkaitan dengan kaum musyrikin ini ada dua pendapat. Yang pertama bahwasanya mereka beriman bahwasanya Allah pencipta mereka dan yang memberi rizqi kepada mereka dan mereka berbuat kesyirikan kepada Allah, Abu Sholeh meriwayatkan tafsiran ini dari Ibnu Abbaas, dan ini pendapat Mujahid, Ikrimah, As-Sya’bi, dan Qotaadah .Yang kedua ayat ini turun tentang talbiyahnya kaum musyrikin Arab, mereka berkata, “Aku memenuhi panggilanMu Yaa Allah, aku memenuhi penggilanMu Yaa Allah tidak ada syarikat bagiMu, kecuali syarikat milikMu, Engkau memiliki syarikat itu,dan syarikat itu tidak memiliki”. Tafsir ini diriwayatkan oleh Ad-Dhohaak dari Ibnu Abbaas.
Pendapat Kedua : Mereka adalah kaum Nashrani, mereka beriman bahwasanya Allah adalah pencipta mereka dan pemberi rizki bagi mereka, meskipun demikian mereka berbuat kesyirikan kepada Allah. Tafsiran ini diriwayatkan oleh Al-‘Aufi dari Ibnu Abbaas
Pendapat Ketiga : Mereka adalah kaum munafiq, mereka beriman secara dzohir karena riyaa’ kepada orang-orang akan tetapi dalam batin mereka kafir kepada Allah, ini tafsiran Al-Hasan
Jika dikatakan, ‘Bagaimana Allah mensifati si musyrik itu dengan keimanan?’ Maka jawabnya, ‘Sesungguhnya yang dimaksud bukanlah hakikat keimanan, akan tetapi maknanya bahwa kebanyakan mereka meskipun mereka menampakkan keimanan dengan lisan-lisan mereka, mereka itu adalah orang-orang musyrik)) Demikian perkataan Ibnu Jauzii secara lengkap.
Perkataan Ibnul jauzi yang dinukil oleh Abu Salafy sama sekali tidak menunjukan bahwa kaum musyrikin baik kaum musyrikin Arab maupun kaum Nashrani tidak percaya kepada adanya Allah. Akan tetapi Ibnul Jauzii sedang menjelaskan tentang kaum musyrikin yang disifati beriman oleh Allah karena pada hekekatnya keimanan mereka itu bukan iman yang haqiqi, meskipun mereka mengakui dengan lisan-lisan mereka tentang rubuiyah Allah (Allah pencipta dan pemberi rizki) namun mereka berbuat kesyirikan dalam peribadatan. Karena Ibnul Jauzi telah menyatakan dalam tafsirnya tatkala menafsirkan ayat 61 dari surat Al-Ankabuut (tanpa menyebutkan khilaf sama sekali tentang tafsiran ayat 61 ini) bahwasanya kaum muyrikin Mekah mengimani bahwasanya Allah yang menciptakan mereka dan memberi rizki kepada mereka. Ibnul Jauzii berkata :
“Firman Allah ((Jika engkau bertanya kepada mereka…)) yakni kaum kafir Mekah, dan mereka mengakui bahwasanya Allah adalah pencipta dan Maha pemberi rizki. Hanyalah Allah memerintahkan Nabi untuk berkata “Alhamdulillah” yaitu atas pengakuan mereka (tersebut). Karena hal ini menjadikan mereka terkonsekuensikan dengan hujjah, maka wajib bagi mereka untuk bertauhid (yaitu dalam peribadatan-pen). ((Akan tetapi kebanyakan mereka tidak memikirkan)) mentauhidkan Allah padahal mereka mengakui bahwasanya Allah adalah Maha Pencipta” (Zaadul Masiir 6/283)
Kedua : Abu Salafy mengesankan kepada para pembaca bahwa jika ada pendapat yang lain dalam satu ayat berarti mendukung pendapatnya bahwasanya kaum musyrikin Arab tidak mengakui adanya Allah. Ini merupakan tipu muslihat yang cukup halus sekali. Pendalilan Abu salafy ini bisa benar jika ada satu tafsir dari seluruh ayat dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwa kaum musyrikin Arab tidak mengakui adanya Allah. Namun kenyataannya tidak ada satu tafsiranpun dari ayat-ayat di atas yang menyatakan pendapat Abu Salafy.
Oleh karenanya saya meminta Abu Salafy tolong tunjukan kepada saya satu tafsir saja dari ulama salaf (tentunya dengan sanad yang bersambung dan shahih) atau bahkan dari ulama kholaf yang menyatakan bahwasanya kaum musyrikin Arab tidak mengakui adanya Allah, dan pengakuan mereka hanyalah pura-pura saja???!!!
Jika para pembaca membaca para perkataan semua Ahli tafsir yang dinukil oleh Abu Salafy maka seluruh ahli tafsir tersebut setuju bahwasanya kaum muysrikin Arab mengakui bahwasanya Allah yang menciptakan mereka dan memberi rizki kepada mereka.
Adapun nukilan dari Ibnu Jauzi maka telah lalu, adapun nukilan dari Ibnu Athiyyah (yang disampaikan oleh Abu Salafy secara tidak lengkap) maka secara lengkapnya sbb :
Ibnu ‘Athiyyah berkata, “Dan firman Allah ((Dan kebanyakan mereka tidak beriman…)). Ibnu Abbaas berkata : ayat ini tentang Ahlul Kitab yang mereka beriman kepada Allah kemudian mereka berbuat kesyirikan dari sisi mereka kafir kepada nabi Allah, atau dari sisi perkataan mereka “Uzair adalah anak Allah” dan Al-Masiih adalah anak Allah”.
Ikrimah, Mujaahid, Qotaadah, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwasanya ayat ini tentang kaum kafir Arab, dan keimanan mereka adalah pengakuan mereka bahwasanya Allah Maha Pencipta, Maha pemberi Rizki, Yang mematikan, maka Allah menamakan pengakuan mereka ini keimanan meskipun keimanan tersebut disudahi dengan kesyirikan mereka terhadap berhala-berhala dan patung-patung. Ini hanya iman secara bahasa saja dari sisi pembenaran hal-hal tersebut.
Dan dikatakan bahwasanya ayat ini turun disebabkan perkataan kaum Quraisy tatkala thowaf dan talbiyah “Ya Allah tidak ada syarikat bagiMu kecuali syarikat milik-Mu, Engkau memilikinya dan ia tidak memiliki” (Al-Muharroor Al-Wajiiz 3/285)
Demikian juga tafsiran para ahli tafsir yang lainnya, tidak seorangpun dari mereka yang menyatakan bahwa kaum musyrikin Arab mengingkari adanya Allah.
Kesimpulan :
Pertama : Abu Salafy telah berdusta atas nama Imam Al-Qurthubi. Dan ini adalah hal yang ringan bagi Abu Salafy, jika ia telah berani berdusta atas nama Ali bin Abi Tholib radhiallahu ‘anhu (sebagaimana dalam bantahan ana : tentang tipu muslihat Abu salafy cs) maka bagaimana lagi dengan Imam Al-Qurthubi??!!
Kedua : Abu Salafy tidak paham perkataan para ahli tafsir. Sehingga akhirnya salah menyimpulkan. Inilah yang membuat saya malas untuk membantah abu salafy lebih jauh lagi, karena begitu soknya ia membantah Ibnu Taimiyyah, ana khawatir ia rupanya salah paham dengan perkataan Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Ketiga : Semakin jelas bahwasanya Abu Salafy dalam tafsirannya (bahwasanya kaum musyrikin arab sebenarnya mengingkari adanya Allah dan hanya pura-pura tatkala menyatakan Allah yang menciptakan langit dan bumi) tidak mengikuti satupun pendapat dari kalangan salaf. Maka abu salafy hendaknya mengganti gelarnya dari abu salafy menjadi abu kholafi.
Bahkan tidak ada seorangpun dari para ahli tafsir dari kholaf yang berpendapat dengan pendapatnya. Oleh karenanya tafsiran Abu salafy tersebut adalah bid’ah dalam ilmu tafsir yang tidak pernah dinyatakan oleh seorangpun dari kalangan salaf dan kholaf. Dan saya tidak akan mencabut pernyataan tafsiran bid’ah ini sampai Abu Salafy mendatangkan satu ulama saja dari salaf maupun kholaf yang berpendapat seperti pendapatnya. Oleh karenanya tidak pantas juga gelar abu salafy diganti menjadi abu kholafy, akan tetapi yang pantas adalah abu bid’ah??!!. Dan gelar inipun masih baik, namun tidak pantas bagi orang yang tidak berani menampakan jati dirinya untuk berdialog. Oleh karena itu ana kawatir abu salafy ini bukanlah seorang laki-laki akan tetapi seorang wanita. Jadi yang paling pantas adalah digelari ummu bid’ah.
Keempat : Jika Abu salafy tidak bisa mendatangkan satu ahli tafsir saja baik dari salaf maupun kholaf maka saya menjadi curiga bahwasanya Abu Salafy bukan hanya mendukung aqidah kaum Rofidhoh, bahkan juga mendukung kaum Jaringan Islam Liberal yang membolehkan menafsirkan dengan hawa nafsu sendiri !!!!
Kelima : Jika Abu Salafy berhasil mendatangkan pendapat satu ulama saja yang menyatakan bahwa kaum musyrikin Arab mengingkari adanya Allah maka saya katakan bahwasanya :
1) Pendapat tersebut sangatlah lemah karena bertentangan dengan dalil yang begitu banyak yang telah disebutkan oleh para ahli tafsir. Dan sebagian dalil-dalil tersebut telah saya sebutkan dalam tulisan saya di (https://www.firanda.com/index.php/home/31/82-persangkaan-abu-salafy-al-majhuul-bahwasanya-kaum-musyrikin-arab-tidak-mengakui-rububiyyah-allah)
2) Sekali lagi orang yang berpendapat dengan pendapat Abu Salafy ini telah dikatakan dungu oleh Ibnu Jariir At-Thobari, beliau berkata “Sebagian orang dungu menyangka bahwasanya orang-orang Arab tidak mengetahui Ar-Rohmaan dan kalimat Ar-Rohman tidak terdapat dalam bahasa mereka, karenanya kaum musyrikin berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ((Siapakah Ar-Rohmaan itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya )”?,)) QS Al-Furqoon : 60, (mereka mengatakan demikian –red) karena mereka mengingkai nama ini. Seakan-akan merupakan hal yang mustahil menurut orang dungu ini kalau kaum musyrikin mengingkari sesuatu yang mereka tahu akan kebenarannya. Atau seakan-akan orang dungu ini tidak membaca firman Allah ((Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepada mereka (yaitu orang-orang yahudi-red) mengetahuinya)) yaitu mengetahui (kebenaran) Nabi Muhmmad, namun meskipun demikian mereka mendustakannya dan menolak kenabiannya. Maka dari sini diketahui bahwasanya mereka (kaum musyrikin Arab) terkadang menolak apa yang mereka telah tahu kebenarannya dan telah jelas diketahui oleh mereka” (Tafsiir At-Thobari 1/130)
Dan pengingkaran kaum musyrikin Arab itu hanyalah karena sikap ngeyel, bukan karena mereka tidak mengetahui nama Ar-Rohmaan. Kalau orang yang menyangka bahwasanya kaum musyrikin Arab tidak tahu penamaan Allah dengan Ar-Rohmaan telah dicap “Orang dungu” oleh Ibnu Jariir, maka bagaimana lagi orang yang menyangka bahwasanya kaum musyrikin Arab tidak mengetahui wujudnya Allah…??? (sebagaimana yang disangkakan oleh Abu Salafy, sehingga tidak ada tuhan bagi mereka kecuali arca-arca dan berhala-berhala mereka), maka entah cap apa yang akan diberikan oleh Ibnu Jariir At-Thobari??!!
Keenam : Saya meminta Abu Salafy jangan lari diskusi, dan saya harap diskusi kita teatur. Oleh karenanya silahkan menanggapi tulisan pertama saya (https://www.firanda.com/index.php/artikel/31-bantahan/76-mengungkap-tipu-muslihat-abu-salafy-cs) yang mengungkap kedustaan dan manipulasi anda. Itu dulu yang saya tunggu !!!!!!. Dan janganlah anda bersembunyi dibalik perkataan sombong anda ((Tadinya saya tidak tertarik untuk meladeni artikel yang digelar di www.firanda.com yang mengkritik tulisan saya, sebab terkesan tidak memahami pesan inti apa yang saya tulis. Tetapi demi kebenaran dan agar tidak dianggap lari dari medan diskusi maka saya pun menyempatkan diri menulis tanggapan ini…. itupun hanya sekedarnya.. tidak menyoroti seluruh poin yang perlu ditanggapi!)). Buktikanlah bahwa anda adalah seorang laki-laki yang berani dialog !!!
Bersambung…!!!
Madinah Munawwarah, 07 Safar 1432 / 11 Januari 2011
Firanda Andirja
www.firanda.com